Disusun oleh :
Nama :
Surianti
Nim :
058.01.01.14
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Persalinan Sebagai Ujian Akhir Semester (UAS)
Dosen :
Moudy E.U Djami, MMPd, MKM, M. keb
AKADEMI KEBIDANAN BINAHUSADA TANGERANG TAHUN 2015.
Pendahuluan
Sejak awal kehidupan seorang bayi mulai kontak dengan
berbagai jenis paparan dalam lingkungan kehidupannya seperti susu formula bayi
yang baru lahir, pengobatan antibiotika, penyakit pencernaan dan stress yang
kesemuanya dapat menganggu perkembangan dan keseimbangan normal mikroflora usus
yang seht. Pola mikroflora usus mengalami modifikasi ekologis yang besar pada
tahap awal kehidupan. Beberapa peniliti menyatakan bahwa perkembangan normal
dari flora usus setelah kelahiran memainkan peran penting dalam perkembangan system
imun innate dan adaptif. Bahkan bayi sangat rentan terhadap infeksi selama awal
kehidupan yang sebagian besar dipengaruhi oleh fungsi kekebalan tubuh dan
perubahan komposisi serta jumlah kolonisasi flora usus setelah penyapihan. Kolonisasi
flora usu (mikrobiota) manusia dimulai saat lahir dan dipengaruhi oleh
komposisi diet. Proses kolonisasi tersebut melibatkan interaksi antara mukosa
saluran pencernaan bayi dengan stimulasi protein antigen dari lingkungan dan
juga kompenen susu formula dan ASI (Per Brantzaeg, 2002 : 13-14 R Wall, 2009 :
45)
Interaksi ibu dan bayi selama proses kehamilan dan pasca
kelahiran akan diteruskan melalui ASI dimana ASI mengandung berbagai senyawa
modulasi kekebalan seperti IgM dan IgA. Menurut Laura M Rabet, pengetahuan
tentang perkembangan system kekebalan tubuh pada bayi masih memiliki banyak
peluang untuk ditelusuri (Laura M Rabet, 2008: 1785)
Mukosa sendiri merupakan lingkungan yang sangat rentan
terhadap kontamin dari lingkungan, bahkan 200 kali lebih besar kemungkinan
terpapar bila dibanding kan dengan kulit
kulit dan 90% pathogen menginfeksi manusia melalui mukosa saluran pencernaan
sebagai jalan masuk (portal entry) oleh karenanya infeksi pada mukosa merupakan
factor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dibawah usia 5 tahun ( Per
Brantzaeg, 2002 : 13)
Mukosa
Gastrointestinal Tract (GIT) fetus berada pada kondisi steril sebelum bayi
dilahirkan, segera setelah bayi dilahirkan dan kontak dengan dunia luar, maka
terjadi proses kolonisasi pada awal kehidupannya. Terdapat konsepsi yang
kontradiktif bahwa bayi yang baru saja dilahirkan memiliki system imun yang
belum dipengaruhi factor luar (naïve). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sel
T dan sel B bayi yang baru lahir memiliki kemampuan merspon secara spesifik
terhadap antigen. Seorang ibu yang selama kehamilannya mendapatkan vaksin
tetanus toxoid, akan melahirkan bayi yang memiliki antibody IgM yang spesifik
terhadap tetanus toxoid. Demikian pula ibu yang terinfeksi Ascaris sp, bayinya
akan menunjukkan reaksi yang spesifik terhadap parasit tersebut pada saat
kelahiran (PG Holt, 2000 :688)
Interaksi antara ibu dan janin selama kehamilan seperti
respon inflamasi yang berlebihan dan destruktif harus dihindari selama proses
kehamilan. Penghambatan aktif system kekebalan tubuh janin yang belum matang
saat lahir dan selama tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga membuat anak
rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan. Perkembangan system kekebalan
tubuh pada bayi ditandai dengan infeksi respon imun antign spesifik dan
pemeliharaan toleransi imunologi terhadap senyawa umum yang ditemukan
dilingkungan bayi. Pematangan kekebalan kekebalan yang tidak berjalan dengan
baik dapat menyebabkab fgangguan kekebalan seumur hidup seperti gangguan alergi
dan autonium. Interaksi antara ibu dan anak postpartum memainkan peran penting
dalam pengembangan system kekebalan tubuh bayi.
Penurunan
regulasi aktif dari system kekebalan tubuh selama kehamilan dan bayi umunya
menunjukkan kesamaan dengan toleransi imunologi dikemudian hari, salah satu
manfaat penyelidikan tidak hanya memahami dasar ilmiah mekanisme yang ada
tetapi juga akan adanya target baru serta terapi untuk mencegah atau menghambat
alergi penyakit autoimun (Laura M Rahet, 2008 : 1782)
Dengan berjalannya waktu dan usia, aktivitas system kekebalan
tubuh dan perkembangan respon imun mukosa terhadap antigen akan mengalami
penurunan.
Beberapa factor yang
mempengaruhi aktifitas kekebalan tubuh selain bertambah jumlah usia adalah
perubahan lingkungan, perubahan mikroflora, penyakit inflamasi dan lain-lain,
salah satu contoh perubahan mikrobiota adalah perubahan jumlah bifidobacteria
dalam usus yang menurun tajam setelah usia 55-60 tahun. Oleh karena itu,
prebiotik dan bakteri probiotik memiliki peran khususnya pada individu kelompok
resiko tinggi dan bahkan dapat mencegah penuaan kekebalan tubuh dan beberapa
jenis penyakit akibat penuaan (J Romeo, 2010:342)
Pembahasan
Perkembanagan
mikrobiota usus dan system imun neonatal
Saat
lahir, saluran usus dari bayi manusia secara fungsional belum matang dan
steril. System imun neonatal selama masa kehamilan hingga saat melahirkan belum
matang sepenuhnya aktif dan berkembang dengan baik. Dengan demikian, periode
neonatal diri adalah fase kritis bagi pengembangan pencernaan usus serta
kolonisasi oleh mikrobiots komensal yang akan mempengaruhi perkembangan system imun
neonatal. Usus manusia dilindungi oleh sel epitel sehingga proses nutrisi akan
memberikan pertahanan pertama terhadap antigen makanan dan pathogen. Sekitar seperenam
sel epitel usus dikelupas setiap hari. Ini sesuai dengan pengelupasan kulit
harian sekitar 108 sampai 1010 sel.
Kolonisasi
usus dengan mikrobiota non pathogen sangat penting bagi pembentukan usus bayi,
oleh karenanya penting untuk memahami bagaimana sel-sel epitel dan ekosistem
mikroba dimodulasi oleh diet. Upaya berklanjutan telah diarahkan untuk memahami
proses pertumbuhan saluran pencernaan neonatal yang dipengaruhi diet khususnya
oleh komponen yang ada dalam ASI (Scott Schwartz 2012: 1-2)
Proses
kolonisasi saluran pencernaan (GI/ Gastro Intestinal ) setelah kelahiran
menyebabkan serangkaian suksesi ekologi dengan hasil akhir pembentukan
mikrobiota stabil yang unik pada setiap individu. (Mairi, 2004 : 563)
System
imun bawaan tidak spesifik belum sepenuhnya dikembangkan atau aktif dalam tahun
pertama kehidupan seorang bayi. Paparan ibu selama masa prenatal jelas
mempengaruhi tanggapan kekebalan awal bayi dan oleh karena itu juga
mempengaruhi kolonisasi mikroba pasca melahirka, yang merupakan suatu area
penelitian yang baru-baru ini menjadi focus penelitian. System imun memiliki
kemampuan untuk membedakan species mikroba berbahaya dan manfaat yang
dipengaruhi paparan pada masa ibu prenatal yang dipengaruhi paparan pada masa
prenatal dan postnatal. Respon induksi system imun pada saluran pencernaan
berkorelasi dengan folikel dari GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue). Kemampuan
untuk membedakan antara mikroba TEMAN dan MUSUH terutama tergantung pada
pengembangan kekebalan tubuh setelah melahirkan yang semakin terikat dengan
kolonisasi mikroba yang sesuai dari saluran pencernaan ( Kel E Fujimura, 2010 :
4)
Perkembangan
produksi sel T dan sitokin
Belum matangnya
perkembangan selT dan sel B berpengaruh terhadap belum maksimalnya produksi
sitoksin. Pada bayi yang baru lahir, presentasi hymphosit sel T CD4 lebih
tinggi bila dibandingkan dengan level pada anak-anak dan orang dewasa. Fakta
yang sebaliknya terjadi pada kosentrasi sel lymphosit sel T CD8 ( Gaetano,
2005: 6)
Stimulasi
intraksi mikroba dan mukosa intestinal
Mukosa intestinal dilengkapi dengan trans membrane atau
reseptor intra sitoplasmic (intra cytoplasmic reseptor) yang dikenali dengan
patten recognition reception (PRRs) yang mampu mengenali membedakan dan
berkaitan dengan ligan mikroba microbial-associated molecular pattms (MAMPs)
seperti lipopolysakarida, flagelin, peptidoglikan dan formylated peptides. Mikroba
alami ( commensial bacteria) dan patogenpada permukaan mukosa dapat menginduksi
sinyal MAMPs untuk menstimulasi PRRs yang meliputi Toll-like reseptor (TLRs),
formylated peptide receptors (FPRs) atau Nucleotide-binding oligomerization
domain like receptor (NODs) yang akan menentukan keluaran sinyal yang
didasarkan pada stimulasi awal. Respon yang dapat terjadi dapat berupa respon
proteksi terhadap bakteri komensal, respon inflamasi terhadap organism pathogen
atau stimulasi reaksi apoptosis. Abdnormalitas yang terjadi pada proses ligan
PRRs dan MAMPs berkaitan dengan penyakit inflamasi pada saluran pencernaan (Jerry
M Weels, 2009: 1-2)
Factor
Yang Mempengaruhi Pada System Imun Mikrobiota Bayi
Factor lingkungan seperti antibiotic, diet dan inokulasi
mikroba, dapat menyebabkan perubahan dalam stabilitas mikrobiota baik yang
bersifat sementara dan permanen. Mikroba yang menghasilkan efek menguntungkan
bagi tuan rumah yang disebut probiotik termasuk Lactobacillus dan bifidobacterium spp. Selain itu
organisasi pathogen potensial (PPO) merupakan bagian dari mikrobiota dan
termasuk bakteri enteric aerobic, clostridium
spp, dan candida albicans. Namun PPO membentuk presentase yang sangat kecil
dari populasi mikrobiota total orang sehat. Ketidak seimbangan dalam mikrobiota
ditandai dengan penurunan bakteri anaerob yang menguntungkan dan peningkatan
bakteri aerobic dan jamur (banyak yang pathogen potensial) dan bakteri anaerob
berbahaya. Resistensi kolonisasi adalah istilah yang mengacu pada aktifitas penghambatan
mikrobiota anaerob obligat pada pertumbuhan berlebih mikroba oksigen yang berpotensi
membahayakan (Mairi 2004:563)
1.
Pemberian antibiotika
Efek
yang Nampak dari antibiotika pada komposisi mikrobiota tergantung pada beberapa
variable famakologi. Namun kehilangan resistensi kolonisasi (ketahanan terhadap
kolonisasi oleh pathogen oportunistik) adalah efek samping yang umum dari
pengobatan dengan antibiotic. Pada manusia dan model hewan pengobatan antibiotic
sering mengakibatkan efek jangka panjang
penurunan organism anaerobic menguntungkan (bifidobacreia,
lactobacillius dan bateroides) dan peningkatan mikroba yang berpotensi
berbahaya seperti bakteri Gram-negatif enteric aerob, anaerob clostridium dificile pathogen dan ragi candida albicans. Pengobatan antibiotic juga
dapat mengakibatkan menurunnya tingkat adam lemak rantai pendek dan perubahan
padapola rRNA ((Mairi 2004:562)
2.
Diet probiotik,prebiotik dan sinbiotik
Sifat
dari hubungan simbiosis antara organism inang dan mikrobiota sering ditandai
dalam hal pertukaran nutrisi. Organisme inang menyediakan habitat dan makanan
bagi mikrobiota dan dalam pertukaran mikroba menghasilkan produk pemecahan
bermanfaat, seperti vitamin adan asam lemak rantai pendek. Para ilmuan pada
pertengahan abad ke 20 banyak melakukan penelitian tentang pengaruh diet pada
mikrobiota dengan adanya temuan Eli Metchnikoff (penemu teori probiotik)
manipulasi stabilisasi mikrobiota (GI) saluran dapat digolongkan immunotherapeutic mulai popular dengan
istilah probiotik. Teori probiotik pertama kali diusulkan oleh Eli Metchnikoff untuk
menjelaskan hubungan antara umur panjang dan kesehatan petani Bulgaria dan
asupan harian produk susu permentasi. Dari pengamatan ini Eli Metchnikoff
berteori bahwa pemeliharaan mikrobiota usus yang sehat ( melelui konsumsi
harian bakteri menguntungkan) adalah kunci panjang umur dan sehat. Probiotik
karena itu di definisikan sebagai suplemen mikroba hidup yang memberikan suatu
efek menguntungkan pada kesehatan dan bersifat pathogen. Hasil suplementasi
probiotik tidak hanya berpengaruh pada inokulasi organism tetapi juga dapat
mengubah konsentrasi jumlah kelompok mikrobiota. Kebiasaan hidup msuplementasi
probiotik masih ditemukan pada dunia barat dan sebagian eropa masih ditemukan
pada dunia barat dan sebagian erpo dalam bentuk makanan fermentasi
Prebiotik memiliki peran pada bakteri asal yang
menguntungkan di dalam usus dan member manfaat pada nutrisi bayi dalam hal:
1.
Bayi yang diberikan susu formula
biasanya memiliki jumlah bakteribifido yang lebih rendah dibandingkan dengan
bayi yang diberi ASI karena mempengaruhi mikrobiota usus pada awal kehidupan. Penambahan
origosakarida yang tidak dicerna dan inulin pada makanan bayi dapat memberikan
suatu efek yang sebanidng dengan ASI.
2.
Prebiotik dapat menstimulasikan efek
bifidogenik dari oligosakarida ASI dan telah menunjukkan efek jangka panjang (
hingga 2 tahun) proteksi terhadap infeksi, menurunkan kejadian alergi dan juga
memberikan konsekuensi positif bagi perkembangan system imunitas setelah
kelahiran (J Romeo, 2010 : 341-342).
3.
Insulin dan oligofructosa juga telah
dibuktikan dapat berperan mempromosikan efek positif seperti yang di
indikasikan oleh kejadian episode demam yang lebih rendah pada bayi. Oligosakaroda
memberikan dampak yang menguntungkan pada system kekebalan tubuh bayi didnding
usus yang sedang berkembang setelah pemberian kombinasi oligasakarida netral
dengan oligasakarida asam (maksimal dosis 1,5 g/kg/hari ditambahkan ASI atas
susu formula premature). Seperti disebutkan diatas efek yang sudah terbukti
dari prebiotik yang telah digambarkan pada bayi memberikan inspirasi pentingnya
penelitian studi klinis pada anak-anak dan remaja untuk menguji efek prebiotik
pada system imunitas tubuh (J Romeo, 2010 : 342)
Aplikasi klinis probiotik,
prebiotik dan sinbiotik
Probiotik telah diteliti lebih dalam
pada masa bayi dan masa kanak-kanak, terutama dalam pencegahan penyakit alergi
dan penguat pertahanan usus, merangsang peradangan tingkat rendah dengan
mengaktifkan system kekebalan tubuh
bawaan dan produksi lebih lanjut IL-10.1 lactobacillus rhamnosus GG (LGG) telah secara ekstensif dipelajari
pada pencegahan dan pengobatan diare akut infantile, diare terkait antibiotic dan
dermatitis atopic dengan hasil yang sangat menarik. Bifidobacteria ( B.infantis dan B. bifidum) dalam kombinasi dengan
jenis yang berbeda dari lactobacillus spp. Telah didokumentasikan untuk menjadi
berguna dalam pencegahan dan pengonatan lactobacillus coryniformis CECT5711 dan lactobacillus gasseri CECT5714 juga
telah menunjukkan efek menguntungkan pada flora usus anak-anak sehat. Dimasukkannya
prebiotik yang mengandung yoghurt ( 375 g/hri) selama 10 minggu pada kelompok
remaja dengan anoreksia nervosa (AN), menunjukkan efek imunomodulator positif
(rasio CD4/CD8 yang lebih tinggi dan peningkatan produksi IFN-g dengan
merangsang sel mononuclear darah perifer ( PBMC), hal ini menunjukkan potensi
dampak prebiotik pada populasi kurang gizi. Komposisi sinbiotik yang dibentuk
L.rhamnosus LCR35 ditambah prebiotik yang
mengandung laktosa serta tepung kentang yang digunakan dalam fermentasi kaldu
bila dibandingkan dengan komposisi prebiotik sendiri yang terdiri dari kaldu
fermentasi yang sama , tampaknya komposisi sinbiotik secara signitifikan
meningkatkan manifestasi dermatitis atopic pada anak usia 2 tahun ke atas. Lebih
jauh lagi pengobatan infeksi usus pada anak-anak dengan prodiuk sinbiotik
(mengandung bakteri B.bifidium , B.longum, strain L casei dan serat) menurangi
durasi sindrom diare dan memberikan efek pemulihan keseimbangan mikrobiota
usus.
Anak-anak yang mengalami Short Bowel
Syndrom setelah perlakuan 1 tahun terapi sinbiotik bifidobacterium breve, lactobacillus casei dan GOS menunjukkan
hasil yang positif diukur dari respon imun dengan criteria jumlah dan aktifas
limfosit . beberapa penelitian lain menyarankan pada anak-anak sakit yang
menerima antibiotic, maka sinbiotik dapat memberikan manfaat tambahan dengan
meningkatkan kadar bifido. Sementara pemberian sinbiotik kepada bayi baru lahir
telah terbukti aman dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi pernafasan
selama 2 tahun pertama kehidupan, namun bukti nyata tentang manfaat klinis dan
keamanan pengobatan prabiotik prenatal dan postnatal masih harus ditingkatkan (
J Romeo, 2010 : 346)
KESIMPULAN
1.
Proses kolonisasi danperkembangan
mikrobiota normal yang seimbang pada neonatal khususnya pada saluran pencernaan
memiliki peranan yang penting karena akan mempengaruhi perkembangan system imunitas
neonatal
2.
Mukosa merupakan jalan masuk proses
infeksi yang sangat rentan terhadap paraparan yang berasal dari lingkungan
luar, oleh karenanya perkembangan keseimbangan antara komposisi mikrobiota komensal
dan pathogen dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
3.
Factor yang mempengaruhi adalah
pemberian antibiotika, diet probiotik, prebiotik dan sinbiotik, jalan lahir
neonatal dan ASI. Keseluruhan factor tersebut akan saling berinteraksi dan
memberikan kontribusi dalam perkembangan system imunitas neonatal.
SUMBER:
J
Romeo, E Nova, J Wanberg, S-Gomenz-Mrtinez, LE Diaz Ligia, A Marcos Imunomodulary Effect Of Fibers,
Probiotics And Synbiotics In Different Life-Stage. Nutricion Hosfital Aria
Spain, 2010
Kel
E Fujimura Nicola AS, Michael D Cabana, Susan VL. Role Of The Gut Microbiota In
Defining Human Health. NIH Public Access. San Fransisco 2010
Laura
M Rabbet, Arjen Paul Vos Gunthur Boehm, Johan Garseen, Breast-Feeding And Its
Role In Early Development Of The Immune System In Infants: Consequences Of
Health Later In Life The Journal Of Nutricion. Germany, 2008
Mairi
C Noverr, Gery B Huffnagle, Does The Microbiota Regulate Immune Responses
Outside The Gut. Trends In Microbiology USA, 2004
Per
Brandtzaeg, Current Understanding Of Gastrointestinal Immune Regulatiaon And
Its Relation To Food Allergy. Annuak N.Y Academic Sciences. New York.2002.
Scott
Schwartz, Iddo Friedberg, Ivan V Ivano, Laurie A Davidsion, Jennifer S Goldsby,
David B Dahl et all. Metagenomc study of diet-defendant interaction between gut
microbiota and host in infants reveals differences in immune response. Genome biology.
USA, 2012.