Sabtu, 31 Oktober 2015

Adaptasi Fisiologi BBL : Perubahan Sistem Gastrontestinal




Disusun oleh :
Nama                   : Surianti
Nim                      : 058.01.01.14
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan Sebagai Ujian Akhir Semester (UAS)
Dosen                   : Moudy E.U Djami, MMPd, MKM, M. keb
AKADEMI KEBIDANAN BINAHUSADA TANGERANG TAHUN 2015.

Pendahuluan  
            Sejak awal kehidupan seorang bayi mulai kontak dengan berbagai jenis paparan dalam lingkungan kehidupannya seperti susu formula bayi yang baru lahir, pengobatan antibiotika, penyakit pencernaan dan stress yang kesemuanya dapat menganggu perkembangan dan keseimbangan normal mikroflora usus yang seht. Pola mikroflora usus mengalami modifikasi ekologis yang besar pada tahap awal kehidupan. Beberapa peniliti menyatakan bahwa perkembangan normal dari flora usus setelah kelahiran memainkan peran penting dalam perkembangan system imun innate dan adaptif. Bahkan bayi sangat rentan terhadap infeksi selama awal kehidupan yang sebagian besar dipengaruhi oleh fungsi kekebalan tubuh dan perubahan komposisi serta jumlah kolonisasi flora usus setelah penyapihan. Kolonisasi flora usu (mikrobiota) manusia dimulai saat lahir dan dipengaruhi oleh komposisi diet. Proses kolonisasi tersebut melibatkan interaksi antara mukosa saluran pencernaan bayi dengan stimulasi protein antigen dari lingkungan dan juga kompenen susu formula dan ASI (Per Brantzaeg, 2002 : 13-14 R Wall, 2009 : 45)
            Interaksi ibu dan bayi selama proses kehamilan dan pasca kelahiran akan diteruskan melalui ASI dimana ASI mengandung berbagai senyawa modulasi kekebalan seperti IgM dan IgA. Menurut Laura M Rabet, pengetahuan tentang perkembangan system kekebalan tubuh pada bayi masih memiliki banyak peluang untuk ditelusuri (Laura M Rabet, 2008: 1785)
            Mukosa sendiri merupakan lingkungan yang sangat rentan terhadap kontamin dari lingkungan, bahkan 200 kali lebih besar kemungkinan terpapar bila dibanding kan dengan kulit  kulit dan 90% pathogen menginfeksi manusia melalui mukosa saluran pencernaan sebagai jalan masuk (portal entry) oleh karenanya infeksi pada mukosa merupakan factor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dibawah usia 5 tahun ( Per Brantzaeg, 2002 : 13)
Mukosa Gastrointestinal Tract (GIT) fetus berada pada kondisi steril sebelum bayi dilahirkan, segera setelah bayi dilahirkan dan kontak dengan dunia luar, maka terjadi proses kolonisasi pada awal kehidupannya. Terdapat konsepsi yang kontradiktif bahwa bayi yang baru saja dilahirkan memiliki system imun yang belum dipengaruhi factor luar (naïve). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sel T dan sel B bayi yang baru lahir memiliki kemampuan merspon secara spesifik terhadap antigen. Seorang ibu yang selama kehamilannya mendapatkan vaksin tetanus toxoid, akan melahirkan bayi yang memiliki antibody IgM yang spesifik terhadap tetanus toxoid. Demikian pula ibu yang terinfeksi Ascaris sp, bayinya akan menunjukkan reaksi yang spesifik terhadap parasit tersebut pada saat kelahiran (PG Holt, 2000 :688)
            Interaksi antara ibu dan janin selama kehamilan seperti respon inflamasi yang berlebihan dan destruktif harus dihindari selama proses kehamilan. Penghambatan aktif system kekebalan tubuh janin yang belum matang saat lahir dan selama tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga membuat anak rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan. Perkembangan system kekebalan tubuh pada bayi ditandai dengan infeksi respon imun antign spesifik dan pemeliharaan toleransi imunologi terhadap senyawa umum yang ditemukan dilingkungan bayi. Pematangan kekebalan kekebalan yang tidak berjalan dengan baik dapat menyebabkab fgangguan kekebalan seumur hidup seperti gangguan alergi dan autonium. Interaksi antara ibu dan anak postpartum memainkan peran penting dalam pengembangan system kekebalan tubuh bayi.
Penurunan regulasi aktif dari system kekebalan tubuh selama kehamilan dan bayi umunya menunjukkan kesamaan dengan toleransi imunologi dikemudian hari, salah satu manfaat penyelidikan tidak hanya memahami dasar ilmiah mekanisme yang ada tetapi juga akan adanya target baru serta terapi untuk mencegah atau menghambat alergi penyakit autoimun (Laura M Rahet, 2008 : 1782)
            Dengan berjalannya waktu dan usia, aktivitas system kekebalan tubuh dan perkembangan respon imun mukosa terhadap antigen akan mengalami penurunan.
Beberapa factor yang mempengaruhi aktifitas kekebalan tubuh selain bertambah jumlah usia adalah perubahan lingkungan, perubahan mikroflora, penyakit inflamasi dan lain-lain, salah satu contoh perubahan mikrobiota adalah perubahan jumlah bifidobacteria dalam usus yang menurun tajam setelah usia 55-60 tahun. Oleh karena itu, prebiotik dan bakteri probiotik memiliki peran khususnya pada individu kelompok resiko tinggi dan bahkan dapat mencegah penuaan kekebalan tubuh dan beberapa jenis penyakit akibat penuaan (J Romeo, 2010:342)

Pembahasan
Perkembanagan mikrobiota usus dan system imun neonatal
Saat lahir, saluran usus dari bayi manusia secara fungsional belum matang dan steril. System imun neonatal selama masa kehamilan hingga saat melahirkan belum matang sepenuhnya aktif dan berkembang dengan baik. Dengan demikian, periode neonatal diri adalah fase kritis bagi pengembangan pencernaan usus serta kolonisasi oleh mikrobiots komensal yang akan mempengaruhi perkembangan system imun neonatal. Usus manusia dilindungi oleh sel epitel sehingga proses nutrisi akan memberikan pertahanan pertama terhadap antigen makanan dan pathogen. Sekitar seperenam sel epitel usus dikelupas setiap hari. Ini sesuai dengan pengelupasan kulit harian sekitar 108 sampai 1010 sel.
Kolonisasi usus dengan mikrobiota non pathogen sangat penting bagi pembentukan usus bayi, oleh karenanya penting untuk memahami bagaimana sel-sel epitel dan ekosistem mikroba dimodulasi oleh diet. Upaya berklanjutan telah diarahkan untuk memahami proses pertumbuhan saluran pencernaan neonatal yang dipengaruhi diet khususnya oleh komponen yang ada dalam ASI (Scott Schwartz 2012: 1-2)
Proses kolonisasi saluran pencernaan (GI/ Gastro Intestinal ) setelah kelahiran menyebabkan serangkaian suksesi ekologi dengan hasil akhir pembentukan mikrobiota stabil yang unik pada setiap individu. (Mairi, 2004 : 563)
System imun bawaan tidak spesifik belum sepenuhnya dikembangkan atau aktif dalam tahun pertama kehidupan seorang bayi. Paparan ibu selama masa prenatal jelas mempengaruhi tanggapan kekebalan awal bayi dan oleh karena itu juga mempengaruhi kolonisasi mikroba pasca melahirka, yang merupakan suatu area penelitian yang baru-baru ini menjadi focus penelitian. System imun memiliki kemampuan untuk membedakan species mikroba berbahaya dan manfaat yang dipengaruhi paparan pada masa ibu prenatal yang dipengaruhi paparan pada masa prenatal dan postnatal. Respon induksi system imun pada saluran pencernaan berkorelasi dengan folikel dari GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue). Kemampuan untuk membedakan antara mikroba TEMAN dan MUSUH terutama tergantung pada pengembangan kekebalan tubuh setelah melahirkan yang semakin terikat dengan kolonisasi mikroba yang sesuai dari saluran pencernaan ( Kel E Fujimura, 2010 : 4)
Perkembangan produksi sel T dan sitokin
            Belum matangnya perkembangan selT dan sel B berpengaruh terhadap belum maksimalnya produksi sitoksin. Pada bayi yang baru lahir, presentasi hymphosit sel T CD4 lebih tinggi bila dibandingkan dengan level pada anak-anak dan orang dewasa. Fakta yang sebaliknya terjadi pada kosentrasi sel lymphosit sel T CD8 ( Gaetano, 2005: 6)
Stimulasi intraksi mikroba dan mukosa intestinal
            Mukosa intestinal dilengkapi dengan trans membrane atau reseptor intra sitoplasmic (intra cytoplasmic reseptor) yang dikenali dengan patten recognition reception (PRRs) yang mampu mengenali membedakan dan berkaitan dengan ligan mikroba microbial-associated molecular pattms (MAMPs) seperti lipopolysakarida, flagelin, peptidoglikan dan formylated peptides. Mikroba alami ( commensial bacteria) dan patogenpada permukaan mukosa dapat menginduksi sinyal MAMPs untuk menstimulasi PRRs yang meliputi Toll-like reseptor (TLRs), formylated peptide receptors (FPRs) atau Nucleotide-binding oligomerization domain like receptor (NODs) yang akan menentukan keluaran sinyal yang didasarkan pada stimulasi awal. Respon yang dapat terjadi dapat berupa respon proteksi terhadap bakteri komensal, respon inflamasi terhadap organism pathogen atau stimulasi reaksi apoptosis. Abdnormalitas yang terjadi pada proses ligan PRRs dan MAMPs berkaitan dengan penyakit inflamasi pada saluran pencernaan (Jerry M Weels, 2009: 1-2)
Factor Yang Mempengaruhi Pada System Imun Mikrobiota Bayi
            Factor lingkungan seperti antibiotic, diet dan inokulasi mikroba, dapat menyebabkan perubahan dalam stabilitas mikrobiota baik yang bersifat sementara dan permanen. Mikroba yang menghasilkan efek menguntungkan bagi tuan rumah yang disebut probiotik termasuk  Lactobacillus dan bifidobacterium spp. Selain itu organisasi pathogen potensial (PPO) merupakan bagian dari mikrobiota dan termasuk bakteri enteric aerobic, clostridium spp, dan candida albicans. Namun PPO membentuk presentase yang sangat kecil dari populasi mikrobiota total orang sehat. Ketidak seimbangan dalam mikrobiota ditandai dengan penurunan bakteri anaerob yang menguntungkan dan peningkatan bakteri aerobic dan jamur (banyak yang pathogen potensial) dan bakteri anaerob berbahaya. Resistensi kolonisasi adalah istilah yang mengacu pada aktifitas penghambatan mikrobiota anaerob obligat pada pertumbuhan berlebih mikroba oksigen yang berpotensi membahayakan (Mairi 2004:563)
1.      Pemberian antibiotika
Efek yang Nampak dari antibiotika pada komposisi mikrobiota tergantung pada beberapa variable famakologi. Namun kehilangan resistensi kolonisasi (ketahanan terhadap kolonisasi oleh pathogen oportunistik) adalah efek samping yang umum dari pengobatan dengan antibiotic. Pada manusia dan model hewan pengobatan antibiotic sering mengakibatkan  efek jangka panjang penurunan organism anaerobic menguntungkan (bifidobacreia, lactobacillius dan bateroides) dan peningkatan mikroba yang berpotensi berbahaya seperti bakteri Gram-negatif enteric aerob, anaerob clostridium dificile pathogen dan ragi candida albicans. Pengobatan antibiotic juga dapat mengakibatkan menurunnya tingkat adam lemak rantai pendek dan perubahan padapola rRNA ((Mairi 2004:562)
2.      Diet probiotik,prebiotik dan sinbiotik
Sifat dari hubungan simbiosis antara organism inang dan mikrobiota sering ditandai dalam hal pertukaran nutrisi. Organisme inang menyediakan habitat dan makanan bagi mikrobiota dan dalam pertukaran mikroba menghasilkan produk pemecahan bermanfaat, seperti vitamin adan asam lemak rantai pendek. Para ilmuan pada pertengahan abad ke 20 banyak melakukan penelitian tentang pengaruh diet pada mikrobiota dengan adanya temuan Eli Metchnikoff (penemu teori probiotik) manipulasi stabilisasi mikrobiota (GI) saluran dapat digolongkan immunotherapeutic mulai popular dengan istilah probiotik. Teori probiotik pertama kali diusulkan oleh Eli Metchnikoff untuk menjelaskan hubungan antara umur panjang dan kesehatan petani Bulgaria dan asupan harian produk susu permentasi. Dari pengamatan ini Eli Metchnikoff berteori bahwa pemeliharaan mikrobiota usus yang sehat ( melelui konsumsi harian bakteri menguntungkan) adalah kunci panjang umur dan sehat. Probiotik karena itu di definisikan sebagai suplemen mikroba hidup yang memberikan suatu efek menguntungkan pada kesehatan dan bersifat pathogen. Hasil suplementasi probiotik tidak hanya berpengaruh pada inokulasi organism tetapi juga dapat mengubah konsentrasi jumlah kelompok mikrobiota. Kebiasaan hidup msuplementasi probiotik masih ditemukan pada dunia barat dan sebagian eropa masih ditemukan pada dunia barat dan sebagian erpo dalam bentuk makanan fermentasi
            Prebiotik memiliki peran pada bakteri asal yang menguntungkan di dalam usus dan member manfaat pada nutrisi bayi dalam hal:
1.      Bayi yang diberikan susu formula biasanya memiliki jumlah bakteribifido yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI karena mempengaruhi mikrobiota usus pada awal kehidupan. Penambahan origosakarida yang tidak dicerna dan inulin pada makanan bayi dapat memberikan suatu efek yang sebanidng dengan ASI.
2.      Prebiotik dapat menstimulasikan efek bifidogenik dari oligosakarida ASI dan telah menunjukkan efek jangka panjang ( hingga 2 tahun) proteksi terhadap infeksi, menurunkan kejadian alergi dan juga memberikan konsekuensi positif bagi perkembangan system imunitas setelah kelahiran (J Romeo, 2010 : 341-342).
3.      Insulin dan oligofructosa juga telah dibuktikan dapat berperan mempromosikan efek positif seperti yang di indikasikan oleh kejadian episode demam yang lebih rendah pada bayi. Oligosakaroda memberikan dampak yang menguntungkan pada system kekebalan tubuh bayi didnding usus yang sedang berkembang setelah pemberian kombinasi oligasakarida netral dengan oligasakarida asam (maksimal dosis 1,5 g/kg/hari ditambahkan ASI atas susu formula premature). Seperti disebutkan diatas efek yang sudah terbukti dari prebiotik yang telah digambarkan pada bayi memberikan inspirasi pentingnya penelitian studi klinis pada anak-anak dan remaja untuk menguji efek prebiotik pada system imunitas tubuh (J Romeo, 2010 : 342)

Aplikasi klinis probiotik, prebiotik dan sinbiotik
            Probiotik telah diteliti lebih dalam pada masa bayi dan masa kanak-kanak, terutama dalam pencegahan penyakit alergi dan penguat pertahanan usus, merangsang peradangan tingkat rendah dengan mengaktifkan system kekebalan tubuh  bawaan dan produksi lebih lanjut IL-10.1 lactobacillus rhamnosus GG (LGG) telah secara ekstensif dipelajari pada pencegahan dan pengobatan diare akut infantile, diare terkait antibiotic dan dermatitis atopic dengan hasil yang sangat menarik. Bifidobacteria ( B.infantis dan B. bifidum) dalam kombinasi dengan jenis yang berbeda dari lactobacillus spp. Telah didokumentasikan untuk menjadi berguna dalam pencegahan dan pengonatan  lactobacillus coryniformis CECT5711 dan lactobacillus gasseri CECT5714 juga telah menunjukkan efek menguntungkan pada flora usus anak-anak sehat. Dimasukkannya prebiotik yang mengandung yoghurt ( 375 g/hri) selama 10 minggu pada kelompok remaja dengan anoreksia nervosa (AN), menunjukkan efek imunomodulator positif (rasio CD4/CD8 yang lebih tinggi dan peningkatan produksi IFN-g dengan merangsang sel mononuclear darah perifer ( PBMC), hal ini menunjukkan potensi dampak prebiotik pada populasi kurang gizi. Komposisi sinbiotik yang dibentuk L.rhamnosus LCR35 ditambah prebiotik yang mengandung laktosa serta tepung kentang yang digunakan dalam fermentasi kaldu bila dibandingkan dengan komposisi prebiotik sendiri yang terdiri dari kaldu fermentasi yang sama , tampaknya komposisi sinbiotik secara signitifikan meningkatkan manifestasi dermatitis atopic pada anak usia 2 tahun ke atas. Lebih jauh lagi pengobatan infeksi usus pada anak-anak dengan prodiuk sinbiotik (mengandung bakteri B.bifidium , B.longum, strain L casei dan serat) menurangi durasi sindrom diare dan memberikan efek pemulihan keseimbangan mikrobiota usus.
            Anak-anak yang mengalami  Short Bowel Syndrom setelah perlakuan 1 tahun terapi sinbiotik bifidobacterium breve, lactobacillus casei dan GOS menunjukkan hasil yang positif diukur dari respon imun dengan criteria jumlah dan aktifas limfosit . beberapa penelitian lain menyarankan pada anak-anak sakit yang menerima antibiotic, maka sinbiotik dapat memberikan manfaat tambahan dengan meningkatkan kadar bifido. Sementara pemberian sinbiotik kepada bayi baru lahir telah terbukti aman dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi pernafasan selama 2 tahun pertama kehidupan, namun bukti nyata tentang manfaat klinis dan keamanan pengobatan prabiotik prenatal dan postnatal masih harus ditingkatkan ( J Romeo, 2010 : 346)

KESIMPULAN
1.      Proses kolonisasi danperkembangan mikrobiota normal yang seimbang pada neonatal khususnya pada saluran pencernaan memiliki peranan yang penting karena akan mempengaruhi perkembangan system imunitas neonatal
2.      Mukosa merupakan jalan masuk proses infeksi yang sangat rentan terhadap paraparan yang berasal dari lingkungan luar, oleh karenanya perkembangan keseimbangan antara komposisi mikrobiota komensal dan pathogen dapat dipengaruhi oleh beberapa factor
3.      Factor yang mempengaruhi adalah pemberian antibiotika, diet probiotik, prebiotik dan sinbiotik, jalan lahir neonatal dan ASI. Keseluruhan factor tersebut akan saling berinteraksi dan memberikan kontribusi dalam perkembangan system imunitas neonatal.

SUMBER:
J Romeo, E Nova, J Wanberg, S-Gomenz-Mrtinez, LE Diaz Ligia,  A Marcos Imunomodulary Effect Of Fibers, Probiotics And Synbiotics In Different Life-Stage. Nutricion Hosfital Aria Spain, 2010

Kel E Fujimura Nicola AS, Michael D Cabana, Susan VL. Role Of The Gut Microbiota In Defining Human Health. NIH Public Access. San Fransisco 2010
Laura M Rabbet, Arjen Paul Vos Gunthur Boehm, Johan Garseen, Breast-Feeding And Its Role In Early Development Of The Immune System In Infants: Consequences Of Health Later In Life The Journal Of Nutricion. Germany, 2008

Mairi C Noverr, Gery B Huffnagle, Does The Microbiota Regulate Immune Responses Outside The Gut. Trends In Microbiology USA, 2004

Per Brandtzaeg, Current Understanding Of Gastrointestinal Immune Regulatiaon And Its Relation To Food Allergy. Annuak N.Y Academic Sciences. New York.2002.

Scott Schwartz, Iddo Friedberg, Ivan V Ivano, Laurie A Davidsion, Jennifer S Goldsby, David B Dahl et all. Metagenomc study of diet-defendant interaction between gut microbiota and host in infants reveals differences in immune response. Genome biology. USA, 2012.